Berandai-andai
jadi orang sukses? Sudah. Berandai-andai buat keliling dunia? Sering.
Berandai-andai semua cita-cita terwujud? Sudah pasti. Berandai-andai jadi
presiden? Uhm.. Pernah ngebayangin sih, tapi belum pernah di ungkap secara
tulisan. He he he.
Aku.. Cinta
akan Tanah Air Indonesia. Tanah dimana aku dilahirkan. Tanah dimana aku tumbuh
dan berkembang. Tanah dimana kakiku berpijak setiap saat. Dan jika aku mati
nanti, aku ingin jasadku dikuburkan di tanah ini.
Tapi
sungguh, berkata cinta saja tidak cukup. Mereka bilang, kita harus membuktikan
ucapan dengan gerakan atau tindakan nyata. Tapi untuk saat ini, aku rasa hasrat
untuk membangun negeri ke arah yang lebih baik saja sudah cukup untuk generasi
muda. Karena dari keinginan itu kita dapat merancang beberapa inovasi dan/ atau
gagasan-gagasan yang menuntun negeri ini untuk melangkah maju. Semoga kelak,
gagasan-gagasan itu akan menjadi suatu aksi yang nyata.
Iya, aku
cinta Indonesia. Tapi aku juga prihatin sama negeri ini. Melihat keadaan
sekeliling dalam beberapa aspek sosiologi yang ada, rasanya mengiris hati. Kenapa?
Kenapa seperti ini keadaannya? Banyak sekali yang harus dibenah disini. Ya
kalau aku presiden, pasti aku langsung benah. Ha ha ha.
Kalau aku
jadi presiden, yang paling pertama bakal aku benah tuh sistem pendidikannya.
Menyelamatkan benih-benih calon penerus bangsa. Kadang aku nggak paham sama sistem pendidikan disini. Salah siapa? Hanya Tuhan yang tahu, mungkin. Yang pasti, banyak
jiwa-jiwa yang meragu akan kemampuannya sendiri.
Kalau aku
teliti, ragu akan kemampuan ini datangnya dari rasa takut. Takut akan tidak
lulus. Takut dapat nilai jelek. Alhasil murid merasa tertekan dan akhirnya
terpaksa melakukan kecurangan pada saat ujian. Ketakutan ini datangnya bukan
dari murid saja. Sekolah juga. Tidak sedikit sekolah yang takut nama baiknya
tercemar karena ada muridnya yang tidak lulus. Akhirnya beberapa sekolah juga turut ‘membantu’ siswa untuk menjaga nama baiknya.
Dan aku
rasa, tokoh utama yang menjadi momok menakutkan disini adalah UN. Walaupun
sistem UN yang sekarang sudah membaik karena tingkat kecurangannya sudah sangat
kecil, tetap saja, jika aku presiden, aku akan hapus UN. Kayaknya lebih baik
kalau seluruh sekolah mengadakan ujian masuk secara masing-masing. Dengan begitu, hasil ujiannya akan lebih terjamin. Karena para sekolah juga pasti ingin mendapatkan murid-murid yang terbaik untuk mereka didik.
Satu lagi
di bidang pendidikan. Pelajaran di Indonesia tuh terlalu banyak. Kalau aku jadi
presiden, siswa bakal belajar seluruh pelajaran hingga kelas 9
saja. Setelah mereka SMA, mereka harus sudah bisa menentukan cita-cita mereka.
Jadi, mereka hanya akan belajar pelajaran yang ada hubungannya sama kegemaran,
mimpi, dan cita-cita mereka. Sehingga lebih efektif waktu dan daya kerja.
Yang kedua
itu, kehidupan sosialnya. Nggak jarang aku lihat nenek-kakek di jalanan. Dan
gak sedikit dari mereka yang secara fisik, kurang sehat (punya penyakit).
Pernah aku melihat seorang nenek duduk di pinggir jalan dengan dialaskan oleh
karung beras. Mulutnya kaku. Sepertinya dia terkena stroke. Hatiku rasanya
sakit. Muncul di benakku pertanyaan-pertanyaan yang tidak seorang pun bisa
menjawabnya kecuali orang-orang pinggiran itu. Pertanyaan seperti, “Kemana
anak-anak mereka? Kemana saudara-saudara mereka? Di usianya yang sudah renta,
bukankah seharusnya mereka merasakan kebahagiaan?” Pikiranku yang lain berkata,
“Oh, mungkin mereka hidup hanya sebatang kara.” Kasihan sekali mereka. Jika aku
presiden, aku akan membuat suatu panti. Selain orang tua-renta, anak-anak yang
berusia dibawah 17 tahun pun akan masuk ke panti itu. Di panti itu, anak-anak
akan belajar layaknya anak sekolah lainnya. Biaya pengajar, fasilitas, dan
kebutuhan panti lainnya dibiayai oleh pemerintah.
Ketiga.
Dalam bidang ekonomi. Uang Indonesia tuh pasti banyak dong, ya? Sayangnya banyak
yang menyalahgunakan. Kalau aku jadi presiden, aku bakalan bikin peraturan
undang-undang baru. Yang korupsi di hukum mati. Kalau ada pihak hukum yang
disuap oleh pelaku korupsi, mereka juga bakal di hukum mati. Keptusan ini mutlak. He he he.
Keempat.
Lingkungan. Kenapa sih sungai-sungai negeri di jaman sekarang harus keruh,
kotor, dan tercemar? Kalau aku lihat kebelakang, semuanya tampak begitu asri.
Airnya jernih, bisa dipakai mandi, mencuci pakaian, dan kegiatan lainnya. Kenapa
sih sampah harus berserakan dimana-mana? Kalau aku lihat, mungkin penyebabnya
karena konsumsi sampah yang sulit didaur ulang, limbah pabrik, dan kemalasan
manusia untuk membuang sampah pada tempatnya.
Kalau aku
jadi presiden, aku akan minimalisir penggunaan plastik yang ada di pasaran.
Kresek untuk membawa belanjaan diganti dengan sesuatu yang bisa di daur ulang
atau konsumen membawa sendiri tas berbelanja mereka. Limbah pabrik diatur
sedemikian rupa (mungkin menggunakan teknologi) sehingga tidak mencemari
lingkungan. Untuk kemalasan manusia membuang sampah, aku yakin kemalasan ini
didukung oleh beberapa faktor. Dan salah satu factor yang pernah aku alami (dan
semua orang, pastinya) yaitu sedang tidak berdiri di tempat sampah terdekat.
Maka dari itu, jika aku menjadi presiden, aku bakal sebarkan tempat sampah
disetiap sudut kota dengan jarak sekitar 3-5 meter per tempat sampah.
Bicara
tentang pencemaran lingkungan, pasti berkaitan dengan pencemaran udara, kan?
Iya. Gas karbon dimana-mana. Kalau aku jadi presiden, aku ingin bekerja sama
dengan suatu perusahaan yang menciptakan kendaraan tanpa bahan bakar solar,
bensin, dkk. Suatu kendaraan yang menggunakan listrik, mungkin? Tapi, alangkah
lebih baiknya jika anak bangsa yang menciptakan kendaraan-kendaraan itu.
Nah, di
poin kelima, ada hubungannya sama poin keempat. Kendaraan. Kemacetan. Seseorang
pernah bicara kepadaku, “Kalau macetnya sampai begini, bisa jadi di tahun yang
akan datang, macetnya dimulai sejak kendaraan keluar dari parkiran rumah.”
Aku pikir dia
ada benarnya. Dari situ, aku berimajinasi. Kalau aku jadi presiden nanti, aku
bakal data kendaraan disetiap keluarga. Setiap keluarga akan mempunyai jatah
tertentu dalam memiliki kendaraan. Kendaraan roda empat yang ada di jalan
minimal diisi oleh tiga orang. Ya, sistem ini memang sudah berlaku. Sistem 3-in-one. Sayangnya tidak diterapkan
diseluruh tempat.
Keenam,
mungkin ini yang terakhir. Tentang keamanan. Kalau aku presiden, aku mau pasang
CCTV diseluruh negeri sehingga setiap aktivitas yang terjadi di negeri ini akan
terekam oleh kamera. Bayangkan, jika terjadi perampokan dijalanan, perampok itu
bisa dilacak dengan mudah. Mungkin ide ini terdengar gila. Jika di satu kota
saja bisa mencapai ribuan CCTV, apalagi di satu Negara. Iya kan?
Ha ha. Hei!
Ingat judul tulisan ini? Aku ini sedang berandai-andai. Dan berharap semoga
bisa jadi kenyataan di masa depan kelak. Tidak ada yang tidak mungkin rasanya.
Jika Tuhan berkehendak dan manusia mau berusaha, semuanya bisa saja terjadi. Iya
kan? Iya.
Tertanda,
untuk negeri yang lebih maju.
Tulisan ini merupakan keikutsertaan lomba blogger di http://festiksinjai.blogspot.com/2013/06/lomba-blog-desain-and-article-writing.html dan http://bloggersinjai.or.id/