Tuesday, December 29, 2015

Kita Sama

Bukankah kita semua sama? Pada dasarnya adalah jiwa-jiwa sendiri yang pada suatu waktu menikmati dan atau mengutuk kesepian itu. Melihat mereka hilir-mudik memasuki dan keluar dari kehidupan kita begitu saja. Berdiam terpaku, berharap bisa melakukan sesuatu.

Tertawa lepas di siang hari, menggunakan topeng yang seolah berkata, "Hidupku sempurna. Mari bersenang-senang!" dan mereka percaya. Mereka, pun kamu, dia, dan semua orang.. melihat topeng itu, seraya berkata, "Seandainya dia adalah aku ataupun sebaliknya, dapatkah ia sebahagia itu?"

Ha! Aku pun sama. Melihat topengmu seraya memikirkan dan berkata yang sama sepertimu. Jangan. Jangan lakukan itu.. Karena kita semua sama.

Merasa tak ada yang mampu membantumu selain dirimu sendiri,
Tak ada yang mengerti sejauh itu selain dirimu sendiri.
Dan, pada akhirnya..
Satu-satunya orang yang kau percaya hanyalah tinggal dirimu sendiri.

Sebagaimanapun dua individu yang saling merasa sendiri dipersatukan,
Berbagi cerita satu sama lain,
Dia bukan dirimu.
Dan selalu ada titik itu dalam dirimu yang membuatmu sendiri.

Pernahkah kamu? Pada suatu malam dengan penuh kesadaran, membiarkan dirimu di puncak terlemah. Membiarkan semua membludak di kepalamu, apa-apa saja yang menjadi bebanmu. Lalu bersedih hingga air matamu mengalir begitu saja, tak bisa berhenti, bagaimanapun kamu mencoba. Membiarkan semua beban menguap begitu saja. Luapan emosi yang berkumpul memusat dan menyerangmu, dan ada teriakan jelas di kepalamu, "Aku lelah. Bolehkah aku berhenti sejenak?"

Tidak apa-apa, Kawan. Aku pun seperti itu. Seperti yang penulis itu katakan, "Menangislah kalau perlu. Mengeluarkan air mata itu baik."

Sejenak itu terasa amatsangat kurang, bukan?
Berhenti sejenak adalah ketika kamu meneriakannya.
Berapa lama?
Sangat singkat, kan?
Karena nalurimu secara harfiah berkata untuk memberhentikan berhentimu.
Karena nalurimu tahu, tidak baik untuk lama-lama bersedih.
Karena nalurimu tahu, bahwa cobaan, ujian, dan perjuangan itu masih saja menunggumu.
Bangkitlah. Kita semua bangkit.
Menggunakan kembali topeng itu di pagi hari,
Memamerkannya sepanjang hari.


Dan dunia tidak tahu, seberapa hancur dunia di balik topengmu itu.
Karena dunia itu.. akan selalu--kau, aku, kita, dan semua orang--sembunyikan.

Thursday, April 9, 2015

Cerita tentang Kucing (dan Manusia)

Hai.
Apa kabar?

Oke. Demi apapun butuh nulis. Kesel.

Jadi gini, tadi siang abis ngampus, aku pulang dan ketiduran, dan kebangun sama suara anak kucing. Emang di asrama ini ada seekor kucing yang baru lahiran, anaknya dua. Eh... Nggak baru lahiran juga, sih. Itu anaknya udah tumbuh bulu sempurna, kok. Udah berwarna.
Karena meong-meongnya nggak berhenti-henti, penasaran, aku tengok ke luar jendela. Terus liat si anak kucing ini lagi jalan, tapi cara jalan dia masih belum sempurna... Aku pikir, "Oh how cute,.. lagi belajar jalan ini kucingnya."
Dan yha... Yaudah. Aku cuekin aja. Sampai akhirnya berangkat ngampus lagi, itu emak kucing bersama anak-anaknya masih aja ada di depan jendela kamar. Selesai cerita.

Barusan, pulang ngampus, keluarga kecil kucing itu masih ada di tempat yang sama. Tapi kali ini ada dua orang mahasiswi yang ngeliatin si keluarga kucing.  Oke. Ya udah. Aku masuk kamar. Tidur-tiduran bentar, terus keinget mau telepon Mama.

Akhirnya telepon Mama kan, ya..
"Tuuut... Tuuuuut..."
*JDAGG*
Kaget. Ternyata si induk kucing, sambil bawa satu anaknya, nongol di jendela kamar.  Secara reflek kan, sambil megang hp, aku buat biar si kucing gak masuk kamar kan, ya.. Dan si kucing mundur lagi, dan loncat lagi ke bawah, balik ke tempat asal..

Salah satu dari mahasiswi itu bilang, "Ih parahlah.."
Girl, please. Did I harmed the cats? Nope. Malah mungkin mereka yang melakukan animal abuse. Kucing itu milih pergi dari tempatnya, mungkin karena merasa keganggu oleh mereka.. Who knows?

Tapi, yha.. Karena keinget telepon, jadi aku lanjut teleponan dulu. Udah beres nelepon, aku intip dari jendela, dan......

Mereka lagi foto-fotoin kucingnya, dan kucing-kucing itu masih mengeong dengan kerasnya.

Demi apapun kesel.
They 'acted' like they love the cats.
Kalau mereka beneran sayang sama kucingnya, kenapa gak kasih kucing itu makanan?
Kalau mereka beneran sayang sama kucingnya, ketika aku berusaha mengeluarkan kucing-kucing itu dari jendela, kenapa mereka gak nyamperin dan gendong kucingnya dari luar?
Kalau mereka beneran sayang sama kucingnya, kenapa gak mereka bawa masuk sekalian aja kucingnya ke dalem kamar mereka?
See? People are ridiculous.

Dan sekarang aku malah ngerasa salah buat ngehalangin kucing-kucing itu masuk ke kamar. Ya gimana, gerakan reflek kan yah... Nanti paling aku kasih makanan atau apa gitu untuk si kucing...

Dan beneran kesel deh sama itu dua mahasiswi. Okay, the cats are cute. Tapi, apa mereka gak ngerasa apa, dengan keberadaan mereka di situ malah bikin kucing itu risih dan pilih loncat kamar sini? Udah gitu, masih aja difotoin..... Hhhhh. Manusia. Gak ngerti lagi, deh.

~~~

Speaking of cats, kemarin di area kampus, aku pulang sendiri, jalan di trotoar. Aku ngeliat seekor kucing di sebrang jalan, dan kucing satunya di sebrang yang lainnya, di mana aku lagi jalan. Mereka nyebrang, dan ketika liat satu sama lain, jalan mereka menjadi melaun. Romantis banget, sumpah. Hahaha! Mereka jalan lambat laun, sambil tatap-tatapan, dan di tengah jalan, mereka ngedeket, dan... they kissed each other!! X))

Udah ciuman, kucing A melangkah beberapa langkah, dan kucing B tiduran di tengah jalan, semacam seducing. Tidurannya soalnya kayak.. Gak diem. Aduh, susah deskripsiinnya, haha! Yang pasti itu tidurannya bener-bener macem menggoda gitu XD

Kucing A terus jalan ke sebrang asalnya, di mana ada mobil parkir dan dia nyiumin plat nomer mobil.  Sementara kucing B masih aja seducing di tengah jalan. Hahaha. Lucu. Kasian banget, kode gak kesampean! X)) Si kucing A mungkin kalau jadi manusia macem aku, sih. Tipe-tipe cuek gimana, gitu.. Gahaha.

Terus gak lama, ada mobil mau lewat situ. Mobil belum nyampe, si kucing B udah nyadar duluan, dan terus si kucing B jalan ke trotoar di mana aku berdiri.. Dari sebrang, pas mobil udah mulai ngedeket, si kucing A mungkin baru nyadar. Dia terus kayak yang kaget, nyariin kucing B, terus ngeliat dia lagi jalan arah trotoar. Mobil lewat, si kucing A lalu jalan, nyamperin ke kucing B. Hahaha! Bener-bener lucu! Terus aku senyum-senyum sendiri gitu liat kelakuan mereka, and then I took this pic of them:
Kucing A yang jingga, B yang abu
Hehe. Selesai cerita, terus aku pulang deh ☺

P. S. Keinget cerita tuh dua kucing keselnya ilang dong. Mihihi.

Syudah, ah. Aku harus siap-siap untuk acara jam 7 nanti. Bersyukur sempet nulis, akhirnya. See you in the next story! ^^