Thursday, June 19, 2014

Semesta Itu Lucu

"Berputar menjadi sesuatu yang bukan kita, demi bisa menjadi diri kita lagi." - Perahu Kertas, Dee.
 Kutipan di atas emang bener, ya.

Jadi gini. Saya yang ingin keliling dunia, lanjut kuliah di luar negeri, luar kota, atau apapun lah itu, bukan rahasia lagi di blog ini. I'm so bored with this city. Don't get me wrong, Bandung is awesome, indeed. Apalagi ditambah sama wali kota baru yang superb dengan segala kreativitasnya yang kayaknya nggak abis-abis. Cuman ya... Kata lagu Brand New Day sih, "They say that we're dreaming too big. I say this town's too small." Iya. Semacam menelusuri jalanan Bandung tuh udah khatam. Saya, anak yang gampang bosen, butuh jalanan-jalanan baru buat ditelusuri. Suasana baru. Butuh pindah buat liat perbedaan. 

Usaha biar bisa pergi ke luar Bandung udah. Tinggal nunggu jawaban dari Tuhan. Lupa siapa yang nge-tweet gini: "Kalkulator manusia sama kalkulatornya Tuhan kadang beda." Iya. Kadang kita udah berencana, eh dikasih jalannya yang beda. Cuman yang pasti, untuk masalah kuliah, saya sudah memegang satu kunci buat tetep ada di Bandung. Iya. Tetep di Bandung. 

***

This one is about a friend of mine. "Aku masih ingin di Bandung," he said. 

Apa yang lucu? Dia udah megang satu kunci yang memungkinkan dia buat lanjutin pendidikan di luar Bandung. Iya. Luar Bandung. Bahkan untuk ke luar negeri pun adalah mungkin buat dia. Haha. Semesta itu lucu. Dan dia pun sama. Usaha biar bisa tetep di Bandung udah (dan masih ada yang bisa diusahain). Tinggal nunggu jawaban dari Tuhan juga. Diulang, "Kalkulator manusia sama kalkulatornya Tuhan kadang beda."

***

Jadi mikir, sebenernya kami ini apa? Keinginan sama possibility masing-masing dari kami nggak sinkron. Salah satu antara keinginan sama kemungkinan kami mungkin ketuker. Ah, nggak paham. Tuhan Maha Tau. Manusia cuman bisa nunggu jawaban. And I think that His miracle is real. Walaupun kemungkinan itu nggak ada, tapi kan keajaiban itu mungkin, kan? Iya, keajaiban. Miracle. Satu-satunya yang bikin saya nggak putus harapan. Tuhan itu baik. Semua itu mungkin bagi-Nya.

Yang pasti, kalau jawabannya saya harus tetep di Bandung sedangkan dia harus di luar Bandung, mau gimana lagi? :)
Berontak pun percuma. Surrender. Berlepas. Ikhlas. Pasrah. Tunduk. Terima. Kemana pun arahnya nanti, percaya aja, itu jalan yang paling baik yang Dia kasih. 

Entahlah ini mungkin cuman saya... Saya kadang ngerasa berat sebelah. Padahal kalau dipasrahin, ya kemana pun jalannya bakalan nggak apa :) Ini sekarang lagi belajar nerima kalau-kalau emang jalan saya ada di Bandung. Apa bisa diterima, ikhlas? Harus bisa. 

Mungkin, kalau pun jalan saya nanti tetep di Bandung atau dia di luar Bandung, pada akhirnya kita berdua nyampe di masing-masing dari keinginan kita. Cuman rutenya aja diputerin. "Berputar menjadi sesuatu yang bukan kita, demi bisa menjadi diri kita lagi". And that's really fine. It's surely okay.