Saturday, December 28, 2013

Kenapa sih?

Kenapa sih doyan banget ngurusin hidup orang kayak gak punya hidup sendiri aja?
Mind your own-fockin-business, people.

Kenapa sih doyan banget nyeritain tentang urusan atau hidup orang ke orang lain seakan lo tau seluruh cerita hidupnya?
Here's my rule: No one can ever tell any-shit about me, except my own self. No one. Wait a minute. Boleh deng. TAPI. Sebaiknya, under my confirmation. Dan harus it-is-what-it-is. Gak dilebih-lebihin, gak dikurang-kurangin. Dan penyampaiannya gak usah paralel. Kenapa? Cerita mulut-ke-mulut tuh suka ada dustanya. Nggak ngerti lah pokoknya. Ujung-ujungnya semacam ada di infortaiment televisi lokal yang apa-apa di lebayin.
And this is what I hate the most! Misal: Gue bilang, "Gue mau ranking 1 ah nanti pas semester 2." And then, a douche hear it and spread it to the world like, "Eh si Dinda katanya mau ranking 1 nanti semester 2." Ada 2 kemungkinan yang mungkin terlintas dibenak orang-orang yang ngedengernya. SATU. Orang yang berpositif-thinking yang ngersponnya dengan, "Oh iya? Wah, syukur sih kalau gitu, ya semoga aja beneran kecapai blablabla...." Dan gue bersyukur banget kalau emang responnya gitu adanya. Ucapan adalah doa, no? Tapi, DUA. Orang yang looking-down on people who will respond it with their own mind, "Alah, omong doang palingan. Impossible kalau dia leha-leha gitu mah." Man, SHUT THE HELL UP! Frankly, I don't really mind about what other people saying about me. But again. Ucapan adalah doa. Secara nggak langsung mereka tuh ngedoain gue, gitu... Dan seakan mereka tau banget gitu tentang rencana guenya gimana. Again, shut it. Makanya, kalau gue cerita sesuatu yang personal, I just tell it to a certain of people. Dan 'certain of people' itu bisa keitung jari, keknya. Yang bener-bener bisa gue percaya that they will shut their mouth to keep it just for them. Langka banget emang nemuin orang kek gitu tuh.

Kenapa sih harus ribet? Ribet? Tinggalin. Gitu doang kok repot.

Kenapa sih harus ngada-ngada dan aneh?
My other rule: If I shut my mouth up, then it is. I say nothing. So please don't make any-kind-of-statement-like-I-said-something. If you question things to me and I shut up, there is two possibilities. First, I think that what you asked to me is a rhetorical question. Second, I know in fact that you'll find the answer SOON, cause the answer is RIGHT THERE IN FRONT OF YOUR FACE. Don't be a lazy-bastard, yo!

Kenapa sih berasumsi-negatif seakan-akan yang lo asumsiin tuh bener?
Yang namanya asumsi itu ya perkiraan. Bukan kenyataan. Belum tentu bener. Jadi ya mending diem aja.

Kenapa sih semua orang nggak bisa ikutin rule kayak Will Grayson; 1. Don't care too much, 2. Shut up?
Kenapa?

Kenapa sih gak semua orang sadar akan tanggung jawabnya masing-masing?
Ngebebanin tanggung jawabnya ke orang lain seakan orang lain itu nggak punya tanggung jawab yang harus dia jalanin? Life will be more easy sufficient if people DO recognize what things that they have to do, no?

Kenapa sih orang nganggap kalau sesuatu yang baik buat seseorang itu berarti sesuatu itu baik buat semua orang?
Melek coba. Nggak semua yang baik bagi seseorang itu baik buat semua orang. Contoh simple? Morphin. Buat orang yang sakit keras itu baik, tentu. Tapi jelas, itu tuh nggak baik buat orang yang nggak kenapa-napa.

I don't get....















I don't know. Yes, maybe I'm an alien from Jupiter or somewhere cause sometimes I feel like I don't  want to talk with people. Some people. Annoying people.

Masih banyak kenapa-sih-kenapa-sih-lainnya yang saat ini gue lupa. Post ini kayaknya bakalan terus nambah.
Nada postannya judes? Emang. Biarin. Masalah? Bodo amat, ah. ( ˘˘̯)
Blame it to my bad-morning;

No comments:

Post a Comment